Sabtu, 26 Januari 2013

AL QURAN SUMBER SOLUSI DARI BERBAGAI PROBLEMA KEHIDUPAN

MAKALAH
AL QURAN SUMBER SOLUSI DARI BERBAGAI PROBLEMA KEHIDUPAN
Sebagai persayatan untuk mengikuti UAS
Mata kuliah: PKN
Dosen pembimbing: Bpk Moh. Salamet


Disusun Oleh:
SYUKRON MAKMUN
NIM:
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH SBI  SURABAYA
2012

DAFTAR ISI

Halaman  judul……………………………………………..........................
Daftar isi ……………………………………………………......................
BAB I
1. Pendahuluan …………………………………………………………….
BAB II Pembahasan
A. Mukjizat Al- Qur’an ………………………………...............................
I . Al Quran Sumber Hukum Dan Solusi
II. Al Quran adalah petunjuk dan penawar penyakit hati dan fisik..
III. Al Quran Sebagai Obat Hati Dan Jiwa …………………………………
IV. Al-Qur'an sebagai solusi dalam Pendidikan Emosional …………

BAB III Penutup
I.  Kesimpulan …………………………………………………………………..




BAB I
PENDAHULUAN
Persoalan hidup kita ini makin lama makin pelik saja. Musibah yang terjadi dalam skala individu ataupun kolektif semakin kompleks. Lihat saja di sekeliling kita, banyak manusia yang mengalami berbagai macam penderitaan yang tidak ada habis-habisnya. Bahkan sebagian besar mereka adalah kaum muslimin yang berkitab sucikan Al Qur’an dan bersunnah nabi Rasulullah saw.
Kita harus menyadari bahwa bagi kita yang muslim segalanya harus dikembali kepada Allah swt dalam pelbagai urusan. Jangan sampai karena bingung untuk mencari solusi apa yang benar dan tepat, kemudian kita gadaikan agama dan keyakinan yang mahal itu, Islam, Al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw.
Tak ubahnya seperti senter yang memiliki cahaya di kegelapan malam, hidayah Allah berwujud kitab suci dan hadits sebagai pegangan utama. Kita harus gunakan Al Qur’an itu sebagai senter yang menerangi. Namun kita tidak akan bisa mengoperasikannya secara baik kalau kita tidak pandai mengenal al-Qur’an ini. Untuk apa ia Allah turunkan ke atas dunia ini, untuk apa ia sebagai wahyu yang memiliki sifat keabadian dan lain sebagainya.
Tidak usahlah jauh-jauh menjadikan ilmu lain, jimat, aji-aji dan kesaktian lain sebagai pemberi solusi. Kita cukup memiliki Al Qur’an di rumah, lalu membuka dan membacanya. Menatapnya dalam-dalam, apakah kita sudah bisa membaca ‘surat cinta’ Allah itu? Apakah sudah kita memahami kendungan maknanya yang dalam dan menyegarkan? Jika belum, di situlah letak kekurangan kita. Bahkan itu bisa jadi tolok ukur atas berbagai kesulitan yang menimpa.
Baca al-Qur’an dan perbaiki bacaanmu! Itulah slogan sederhana namun demikian menentukan bagi kita untuk selalu rindu di bawah keteduhannya.
Belum lama ini ada segelintir manusia yang berusaha untuk melenyapkan Al Qur’an karena sudah demikian phobi dengan ajaran yang dikandungnya. Mereka berusaha untuk membumi-hanguskan dengan berbagai macam cara seperti dibakar misalnya. Tapi Allah senantiasa memiliki sifat Roqib (mengawasi gerak-gerik hamba-Nya). Ketika kitab suci-Nya hendak dikotori dan dimusnahkan, Dia pun turun tangan langsung. Menurut berita terbaru, konon, manusia yang telah berusaha membakarnya itu pun tak berapa lama merasakan akibat niat busuknya itu dengan cara mengalami kecelakaan mobil dan tewas mengenaskan seketika. Bukankah ini adalah siksa Allah buat mereka yang berani coba-coba untuk menantang-Nya?
Persis seperti nasib raja Abrahah yang berupaya untuk menghancurkan baitullah, Ka’bah. Saat itu, kaum muslimin sudah pasrah atas niat jahat Abrahah dan tentaranya yang -katanya- gagah perkasa itu. Namun, Allah tetap Raqib yang menyaksikan niat dan perilaku manusia-manusia jahat itu. Dengan kekuasaan-Nya yang Maha Dahsyat, Diapun langsung turun tangan sendiri dengan mengutus ribuan burung Ababil yang membawa api dan bahan bakar dari neraka untuk menghabisi kegagahan Abrahah dan bala tentaranya itu. Tidak berapa lama merekapun musnah seperti rumput-rumput yang layu dimakan ulat. Jangan sampai kita mengalami nasib yang sama karena kita kurang peduli dengan kitabullah, Al Qur’an ini?! Na’uzubillah min zalik.
Saat ini, dan tetap sampai akhir zaman Allah akan selalu menjaga kitab suci-Nya itu dengan berbagai macam cara sesuai kehendak-Nya. Sebagai umat muslim, sudahkah kita menjadi bagian dari hamba-hamba-Nya yang membela kepentingan-Nya dan menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya dari segala permasalahan. Ya, minimal kita memiliki kemampuan untuk selalu membacanya setiap saat, menjadikannya sebagai wirid harian dan pengalaman yang intensif setiap hari.
Insya Allah, dengan begitu kita akan digolongkan sebagai hamba-hamba pilihan-Nya yang mendapatkan jaminan kehidupan dan kebahagiaan. Di dunia dan akhirat. Dan terhindar dari ancaman kaum yang meremehkan, menyepelekan dan mengesampingkan peran Al Qur’an dalam hidup ini. Amiin.








BAB II
PEMBAHASAN
A.Mukjizat Al- Qur’an
Mukjizat Al-Qur’an sungguh tiada tandingannya. Kitab suci umat islam ini adalah kitab yang diturunkan dari langit dan menyempurnakan kitab kitab sebelumnya. Al qur’an sebagai pedoman jidup umat islam diturunkan kepada nabi Muhammad secara berangsur angsur melalui perantara malaikat jibril.
Al qur’an merupakan mukjizat terbesaar yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Mukjizat ini menjadi tuntunan hidup umat islam dalam menjalankan hidup di dunia. Segala permasalahan dan solusi hidup manusia tercantum dalam al qur’an.
Al quran adalah salah satu kitab suci yang terjaga keasliannya sampai hari kiamat.ayat ayat al quran sejak dwahyukan kpd nabi Muhammad saw.redaksinya masih teta[ sama sampai sekarang. Al quran selnantiasa terjaga keasliannya karena al quran adalah kalam ilahi. Inilah sebagai salah satu bukti kemukjizatan al quran.
Al quran juga memiliki bahasa yang indah. Sudah tidak diragukan lagi tentang kehebatannya. Selain sebagai pedoman hidup,al quran juga sangat menarik dari segi tata bahasanya. Al quran adalah sastra tertinggi,al quran begitu puitis. Meskipun al quran itu sendiri bukanlah buku sastra atau puisi,namun bahasanya sangat indah n itada tandingannya. Ini pula sudah dibuktikan oleh para ahli sastra sejak zaman nabi sampai sastrawan modern belakangan ini. Selain dari itu semua,al quran adalah sebagai solusi pemecahan dari semua masalah dan problema-problema yang terjadi dalam kehidupan. Hal itu semua tersaji dalam al quran. Dalam hal ini penulis berusaha membahas beberrapa solusi solusi yang di berikan al quran untuk berbagai masalah dalam kehidupan.
I . Al Quran Sumber Hukum Dan Solusi
            Al quran memuat aturan aturan dan perundang undangan bagi kebahagiaan hidup manusia.baik di dunia maupun di akhirat. Al quran adlah sumber hokum utama umat islam. Hokum hokum atau aturan aturan itu mencakup segala aspek kehidupan manusia. Mulai dari dimensi ritual,social,pendidikan,pemerintahan,pernniagaan,dan laian lain.

Allah SWT berfirman:

وَالْفُرْقَانِ الْهُدَى مِنَ وَبَيِّنَاتٍ لِلنَّاسِ هُدًى الْقُرْءَانُ فِيهِ أُنْزِلَ الَّذِي رَمَضَانَ شَهْرُ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (QS al-Baqarah [2]: 185).

Seperti penjelasan Imam al-Qurthubi, ayat ini menjelaskan bahwa Allah menurunkan al-Quran untuk menjadi petunjuk dan penjelasan bagi umat manusia; menjelaskan kepada mereka halal dan haram, berbagai peringatan dan hukum-hukum, serta pembeda antara yang haq dan yang batil. Al-Quran adalah hudan (petunjuk), artinya al-Quranlah yang seharusnya menuntun dan mengarahkan kehidupan umat manusia. Al-Quran telah menjelaskan perbuatan apa yang harus dilakukan, mana yang sebaiknya dilakukan, mana yang boleh dilakukan, mana yang sebaiknya ditinggalkan dan mana yang harus ditinggalkan. Al-Quran juga menjelaskan apa yang boleh diambil dan apa yang tidak. Al-Quran adalah furqân (pembeda), artinya menjadi standar yang menentukan mana yang haq dan mana yang batil. Karena itu, al-haq (kebenaran) adalah apa saja yang dinyatakan benar oleh al-Quran dan al-bâtil (kebatilan) adalah apa saja yang dinyatakan batil oleh al-Quran. Yang dituntut dari kita hanyalah menjadikan al-Quran sebagai petunjuk yang menuntun dan mengarahkan kehidupan kita; sebagai sumber hukum yang kita ambil dan kita terapkan; juga sebagai sumber solusi bagi seluruh problem kehidupan kita.

Selama ini kita telah berusaha menjaga fisik dan kemurnian al-Quran dari segala bentuk penodaan dan pemalsuan. Upaya itu sangat baik dan memang sudah menjadi tugas dan kewajiban kita yang harus kita tunaikan. Namun, tanggung jawab dan tugas kita tidak hanya sebatas itu. Kita juga harus menjaga kandungan dan isinya dari segala bentuk penyimpangan seperti menjaga al-Quran dari penafsiran sekular-liberal yang malah menodai kesucian al-Quran.

           Kalau kita mau jujur terhadap diri sendiri, kita akan mengakui bahwa selama ini sebagian dari kita ada yang menjadikan al-Quran sebagai ”kitab mistik”. Al-Quran disimpan dan digunakan untuk hal-hal berbau mistik, dijadikan ajimat, penolak bala, pengusir setan, dsb. Sebaliknya, al-Quran tidak dijadikan sebagai penolak dan ‘pengusir’ ide-ide, konsep, hukum, aturan dan ideologi sekular-liberal, demokrasi, HAM dan segala yang bukan berasal dari Allah SWT.

          Bahkan kalau kita jujur, di tengah-tengah umat ini ada yang bersikap terlalu jauh dan sangat kurang ajar terhadap al-Quran. Muncul sikap dari sebagian orang yang sudah ter-Barat-kan dan teracuni oleh ide-ide orientalis untuk menggugat keaslian dan kemurnian al-Quran. Al-Quran beserta ungkapannya tidak dianggap berasal dari Allah SWT dan hanya dianggap sebagai produk budaya. Mereka menganggap lafal dan ungkapan al-Quran berasal dari Nabi saw., yang dipengaruhi oleh budaya dan kondisi yang ada dan berkembang waktu itu. Kalau memang anggapan mereka benar, mengapa mereka tidak mendatangkan yang semisal dengan al-Quran saja; mengapa mereka tidak menggubah satu gubahan untuk menandingi al-Quran? Mengapa mereka tidak melakukan itu jika memang mereka benar? Padahal Allah sendiri telah menantang hal itu (QS al-Baqarah [2]: 23, Hud [11]: 13). Allah SWT juga berfirman:

  صَادِقِينَ كُنْتُمْ إِنْ اللهِ دُونِ مِنْ اسْتَطَعْتُمْ مَنِ وَادْعُوا مِثْلِهِ بِسُورَةٍ فَأْتُوا قُلْ افْتَرَاه أَم يَقُولُونَ
“Atau patutkah mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buatnya? Katakanlah, "(Kalau benar yang kamu katakan itu), cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa saja yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang yang benar." (QS Yunus [10]: 38).

          Tidak kalah kurang ajarnya adalah sikap segelintir orang yang ada di tengah-tengah kita, yang telah mendudukkan dirinya sebagai hakim atas al-Quran. Ada pihak-pihak yang memutuskan mana ayat yang layak diambil dan mana yang tidak perlu diambil; mana hukum-hukum al-Quran dan as-Sunnah yang bisa diambil dan diikuti serta mana hukum-hukum yang tidak boleh diambil, diikuti dan diterapkan. Lalu mereka lebih memilih hukum/aturan yang datang dari selain al-Quran sekaligus memutuskan untuk mengambil dan menerapkannya, seraya mencampakkan dan meninggalkan hukum-hukum dari al-Quran dan as-Sunnah. Sikap itulah yang selama ini tampak menonjol di tengah-tengah kita.

         Mari kita renungkan dengan jujur, betapa kurang ajarnya sikap demikian; betapa sudah lancang sekali perilaku seperti itu; betapa sangat tidak pantas hal itu muncul di tengah-tengah kita. Bukankah selama ini kita mengaku sebagai umat yang kitab sucinya adalah al-Quran? Bukankah kita selalu mengaku sebagai kaum Nabi Muhammad saw. Bukankah... ?

        Hendaklah kita takut akan diadukan oleh Rasul saw. ke hadirat Allah dengan pengaduan seperti dalam firman-Nya:
“Berkatalah Rasul, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan." (QS al-Furqan [25]: 30).

Maksudnya, mereka menjadikan al-Quran sebagai kitab yang ditinggalkan, diabaikan dan tidak dipedulikan.

Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya telah merinci hal-hal yang termasuk ke dalam sikap tidak mengacuhkan al-Quran. Di antaranya adalah tidak mengimani dan membenarkannya; tidak men-tadabburi dan memahaminya; tidak mengamalkan dan mematuhi perintah dan larangannya; berpaling darinya dan lebih memilih yang lain, baik berupa syair, ucapan, nyanyian, permainan, atau tharîqah (jalan hidup) yang diambil dari selain al-Quran; tidak mau menyimak dan mendengarkan al-Quran serta membuat kegaduhan hingga tidak mendengar al-Quran saat dibacakan.

           Hendaklah kita takut, jangan sampai kita diadukan oleh Nabi saw. seperti itu. Sebab, jika Nabi saw. telah menyerahkan (suatu urusan) kepada Allah SWT dan mengadukan kaumnya kepada-Nya, berarti telah halal azab Allah atas mereka.

            Hendaklah kita juga mengambil pelajaran dari sikap Bani Israel terhadap kitab mereka sehingga mereka dikatakan oleh Allah SWT:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاة ثُمّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَار يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللهِ ِ
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya (yakni tidak mengamalkannya), adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. (QS al-Jumu‘ah [62]: 5).

           Bagaimana perasaan kita pada waktu kita tidak mengamalkan al-Quran dan tidak melaksanakan isi dan hukum-hukumnya, lalu Allah SWT, yang kita harapkan ridha dan ampunan-Nya, mengumpamakan dan mengatakan kita seperti keledai? Sejatinya, orang yang beriman, bertakwa dan merindukan keridhaan Allah, akan berlinang air mata jika disebut begitu oleh Allah SWT.

          Mari kita akhiri sikap yang tidak sepantasnya terhadap al-Quran. Mari sudahi sikap yang tidak sugguh-sungguh terhadap al-Quran. Mari kita jadikan Ramadhan dan Nuzulul Quran ini sebagai momentum untuk bersikap selayaknya terhadap al-Quran. Mari kita jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk memancangkan tekad kita dalam rangka menyudahi dan mengakhiri sikap yang keliru dan tidak selayaknya terhadap al-Quran. Mari kita jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk meneguhkan tekad kita untuk senantiasa menjaga kaslian dan kemurnian al-Quran; membaca, memahami dan menghayati maknanya; mengamalkan isi dan kandungannya; serta menjadikannya sebagai sumber hukum untuk mengatur segala perkara kehidupan kita dan sumber solusi atas seluruh problem kehidupan.

          Di antara hukum-hukum al-Quran adalah hukum-hukum tentang pengaturan sosial-kemasyarakatan. Pelaksanaan dan penerapan hukum ini tidak mungkin tanpa melalui kekuasaan, pemerintahan dan negara. Karena itu, marilah kita jadikan juga Ramadhan dan Nuzulul Quran ini sebagai momentum untuk memancangkan niat, meneguhkan tekad dan semangat untuk memulai aktivitas dengan penuh kesungguhan guna memperjuangkan pelaksanaan dan penerapan hukum-hukum al-Quran—yakni syariah Islam—secara keseluruhan melalui tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah. Dengan itu, kita akan bisa benar-benar menjadikan al-Quran sebagai hudan dan furqan bagi kita. Dengan itu pula, rahmat Allah akan turun kepada kita semua.

وَاتَّقُوا هُ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ فَاتَّبِعُوهُ وَهَذَ ا كِتَابٌ أَنْزَلْنَا مُبَارَكٌ

Al-Quran itu adalah kitab yang kami turunkan, yang diberkati. Karena itu, ikutilah dia dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat. (QS al-An‘am [6]: 155).


 [QS 16:69] kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Al-Quran yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu dan yang menjadi penawar bagi penyakit-penyakit batin yang ada di dalam dada kamu dan juga menjadi hidayat petunjuk untuk keselamatan, serta membawa rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS 10:(57).
“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” [QS 17:82]
 “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, [81] dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), [82] dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".[QS 26:80]
Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. QS 41:44.
III. Al Quran Sebagai Obat Hati Dan Jiwa
 Dan  Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al-Isra ayat 82)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb Mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus:57)
Ayat Alquran tersebut menerangkan bahwa Alquran adalah obat yang mujarab untuk mengobati segala penyakit hati. Karena di dalamnya diungkapkan segala yang haq dan yang bathil. Hal tersebut diungkapkan Ustadzah Yeti Sumiati kepada Radar, kemarin.
Ustadzah menjelaskan, Alquran dapat menghilangkan berbagai macam penyakit hati yang dapat mengantarkan kepada keinginan-keinginan yang jelek dan maksiat. Hati akan lebih baik dengan sering membaca Alquran. Terlebih jika dihayati dengan terjemahannya seandainya tidak mengerti dengan bahasa Arab. “Kalau misalkan kita punya masalah di dunia atau mempunyai penyakit hati seperti suka iri dan dengki kepada yang lain, bukan karaokean yang menjadi tujuan. Bukan menyanyi sambil teriak-teriak untuk membuat hati menjadi plong. Tetapi hati akan lebih nyaman dengan membaca ayat-ayat Allah,” katanya.
Di dalam Alquran banyak sekali pelajaran dan hikmah yang dapat diambil.
Terdapat juga berbagai larangan dan nasihat untuk memotivasi agar selalu melakukan amalam-amalan yang baik dan menjauhi hal-hal dapat menjerumuskan ke dalam kemaksiatan.
“Sering membaca Alquran itu dapat memberi semangat kepada hati untuk terus melakukan kebaikan.
Akhirnya hati semakin cinta kebenaran dan tidak suka terhadap sesuatu yang bathil. Bagi yang suka iri dan dengki, sifat-sifat itu insya Allah akan hilang,” jelas Ustadzah Yeti yang akrab dipanggil Teh Yestas ini.
Membaca Alquran dapat mempertebal iman seseorang. Seperti yang diterangkan dalam surat Al-anfal ayat 2. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.”
Penyakit hati memang tidak bisa langsung sembuh. Namun butuh proses agar hati menjadi bersih dan tidak kotor dengan penyakit.
Oleh karena itu, Ustadzah Yeti memberi saran untuk rutin membaca Alquran. “Lebih sering tentunya lebih baik. Berarti hati kita akan lebih cepat bersih dan tidak ternodai penyakit-penyakit.
Ada suatu penelitian menarik sebagaimana dilansir oleh Muhammad Kamil Abdussamad dalam buku Al-I'jaz al-'Ilm fil al-Qur'an. Abdussamad menjelaskan bahwa telah diciptakan alat-alat obsevasi elektronik yang dikomputerisasi untuk mengukur perubahan-perubahan fisiologis pada sejumlah sukarelawan sehat yang sedang mendengarkan dengan tekun ayat Al Qur'an. Mereka itu terdiri dari sejumlah Muslim yang bisa berbahasa Arab dan yang tidak mampu (Muslim maupun non Muslim). Kepada mereka didengarkan beberapa ayat Al Qur'an, tentu dalam bahasa Arab, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Dalam percobaan ini ternyata ada pengaruh menenangkan hingga 97%. Pengaruh tersebut bahkan terlihat dalam bentuk perubahan-perubahan fisiologis yang tampak melalui berkurangnya tingkat ketegangan syaraf.
Dan masih banyak lagi penelitian-penelitian lain yang menunjukkan bahwa bacaan ayat-ayat AL Qur'an mampu memberikan respon positif yang bersifat psikologis bagi diri kita.
Hal ini bisa terjadi karena ayat-ayat Al Qur'an pada hakekatnya mengandung energi dahsyat bagi mereka yang mempercayainya. Sebagaimana diinformasikan Al Qur'an sendiri, "Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau karenanya oarang orang yang sudah mati dapat bicara ( itulah Al Qur'an). Sebenarnya segala irusan itu adalah kepunyaan Allah."
Luar biasa dahsyat energi Al Qur'an, bukan hanya mampu berpengaruh pada diri kita, tetapi gunung, bumi dan manusia yang telah meninggal pun bisa distimulasi oleh energi Al Qur'an. Tetapi energi yang hebat itu bisa dimanfaatkan oleh orang orang yang bersih dan terbuka hatinya serta takwa kepada Allah.


IV. Al-Qur'an sebagai solusi dalam Pendidikan Emosional
Untuk menghadapi era globalisasi sekarang ini, manusia membutuhkan Al-Qur’an sebagai petunjuk untuk menghadapi berbagai tantangan hidup, tidak terkecuali dunia pendidikan. Totalitas dan kesempurnaan ajaran yang dimiliki Al-Qur’an menuntut manusia untuk komitmen terhadap isi Al-Qur’an secara total. Seseorang tidak boleh mengambil sebagian aspek saja dari ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan meninggalkan aspek yang lain, akan tetapi manusia harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup secara utuh, termasuk menjadikan Al-Qur’an sebagai acuan dalam dunia pendidikan.
          Diantara tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) (QS; Al-Baqoroh: 185)
         Ayat diatas menjelaskan, bahwa salah satu tujuan diturunkan Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia. Dalam waktu yang sama, Al-Qur’an mengandung penjelasan-penjelasan rinci yang mencakup semua sisi kehidupan manusia baik sebagai individu atau masyarakat, serta tentang karakter kehidupan dan alam semesta. Kalau diikuti perkembangan tafsir tematik (Maudu’i) yang didefinisikan sebagai “melihat setiap ayat Al-Qur’an yang membahas satu tema tertentu” dijumpai misalnya tafsir ekonomi, tafsir syariat, tafsir hukum, tafsir sejarah Nabi, atau tafsir Ilmu pengetahuan. Tidak mustahil juga, apabila dilontarkan tafsir kejiwaan (Psikologi) secara umum, dan tafsir emosi secara husus.
         Selama ini pendidikan di Indonesia umumnya hanya menekankan pada kecerdasan intelektual (IQ) semata dan melupakan kecerdasan emosional (EQ), hal ini terlihat jelas dari penilaian dan evaluasi serta model pembelajaran yang ada. Padahal Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dalam setiap aspek kehidupan telah banyak memberikan petunjuk untuk memahami perasaan dan emosi manusia. Diantara ayat yang menyinggung tentang emosi adalah:

1. Surat Al-An’am Ayat 3
“dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” (QS: Al-An’am:3)

2. Surat At-Taubah Ayat 49
“di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (QS: At-Taubah:49)
3. Surat Maryam Ayat 24-26
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (QS: Maryam:24-26)
4. Surat Ali Imran Ayat 103
dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.(QS: Ali Imran: 103)
         Ayat-ayat diatas adalah sebagian dari konsep dasar tentang emosi yang disinggung dalam Al-Qur’an. Dalam dunia pendidikan seorang pendidik seyogyanya mengetahui kondisi emosi anak ketika memberikan pelajaran, sebagaimana dijelaskan dalam surat Maryam ayat 24-26, Jibril memberikan semangat dan kekuatan kepada Maryam dengan perkataan yang tepat karena Jibril mengetahui kondisi emosi Maryam saat itu.
Sementara itu kecerdasan emosional dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami dan mengelolanya .
Salah satu tempat pembentukan kecerdasan emosional (EQ) adalah sekolah, kebiasaan para guru dan murid di sekolah dalam berkomunikasi, berargumentasi, berprilaku, berbudaya, dan masih didukung dengan kuatnya pengaruh dunia pendidikan terhadap penanaman pengetahuan akan sangat memudahkan seseorang meniru kebiasaan yang ada. Baik kebiasaan positif maupun negative. Semua pengaruh itu akan semakin memperkuat watak seseorang dari yang didapatkan sebelumnya sampai mengakar dalam akal dan batinnya.
         Tidak diragukan lagi, bahwa Al-Qur’an dengan segala kesempurnaannya memberikan petunjuk akan pentingnya peningkatan kecerdasan emosi pada peserta didik. Kecerdasan emosi sesungguhnya telah terbentuk sejak anak dilahirkan. Sekolah sebagai salah satu tempat pendidikan bagi anak seharusnya menerapkan prinsip-prinsip Al-Qur’an dalam melakukan proses pembelajaran. Diantara dimensi pendidikan dalam Al-Qur’an adalah mengulas konsep-konsep kecerdasan emosional, penerapan konsep ini tidaklah terlalu sulit dan tidak perlu pelajaran ekstra, karena pada setiap mata pelajaran yang ada, guru bisa memberikan stimulus dan dorongan emosional kepada peserta didik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, misalnya dalam pelajaran “membaca dan menulis” guru bisa memasukkan wacana yang berisi cerita yang memotivasi anak untuk menganalisa peristiwa di dalamnya, dalam pelajaran IPA dan matematika anak dimotivasi untuk bersabar dan konsentrasi.
          Pengungkapan tentang kecerdasan emosional dalam Al-Qur’an sangat banyak dan dengan bahasa dan keadaan yang berbeda-beda. Banyak hal yang bisa diambil untuk diterapkan dalam dunia pendidikan dari pengungkapan bahasa-bahasa emosi manusia dalam Al-Qur’an.                                                                                                    Diantaranya adalah pentingnya guru memberikan perhatian dari setiap masalah yang dihadapi peserta didik. Guru tidak akan mampu mencari solusi dari permasalahan murid apabila seorang guru tidak mengetahui kondisi emosi anak didiknya. Sebagaimana Rasulullah saw mengetahui kegelisahan Abu bakar ketika mereka bersembunyi di gua Tsur, kemudian Rasulullah saw berkata kepada Abu bakar “ janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita”. Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 40
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita”
V. Sebagai Pembeda Antara Yang Baik Dan Yang Buruk
Al-Qur’an membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara yang lurus dengan yang sesat, bermanfaaat dan yang berbahaya. Dia menyuruh kita semua mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari perbuatan buruk.
 “Sesungguhnya, Al-Quran benar-benar firman yang memisahkan  antara yang hak dan yang bathil” (QS Ath-Thaariq: 13).
 “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima)”  (QS. Al-Baqarah : 263)
VI. Sebagai Pembela Di Hari Akhirat
Abu Umamah r.a berkata : “Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur’an, setelah itu Rasulullah S.AW memberitahu tentang kelebihan Al-Qur’an.”
Telah bersabda Rasulullah S.A.W :
“Belajarlah kamu akan Al-Qur’an, di Akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya, ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya :
“Kenalkah kamu kepadaku?”
maka orang yang pernah membaca akan menjawab :
“siapakah kamu?”
maka berkata Al-Qur’an :
“Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari.”
kemudian orang yang pernah membaca Al-Qur’an itu berkata :
“Adakah kamu Al-Quran?”
lalu Al-Qur’an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca menghadap Allah SWT, lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.
Pada ayah dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya :
“Dari manakah kami memperoleh ini semua, padahal amal kami tidak sampai ini?”
lalu di jawab :
“Kamu di beri ini semua karena anak kamu telah mempelajari Al-Qur’an”
Dan masih banyak lagi sajian sajian Al quran yang mencakup segala aspek dalam kehidupan kita. Yang mana kita bias mempelajarinya lebih lanjut pada kitab kitab atau buku buku ke-islaman terrutama yang berkaitan langsung dengan penjelasan Al quran. Dan penulis hanya dapat menulis sebagiannya saja,namun semoga dapat memberikan manfaat bagi semuakhususnya bagi penulis sendiri baik di dunia maupun di akhirat. Amien!







BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Manifestasi Al-Quran menurut hemat saya, dapat diartikan sebagai perwujudan atau manfaat logis dari Al-Quran. Umat manusia yang dapat mengilhami dan menjalankan misi dan fungsi Al-Quran dengan baik, maka manusia tersebut telah merasakan manifestasi Al-Quran, yaitu akan mendapatkan keseimbangan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Disebutkan dalam QS. Al-Syura (42) :17.
Misi Al-Quran
Misi pertama Al-Qur’an adalah kitab yang mengajak menuju sumber segala kebahagiaan, ia mengajak umat manusia kepada ma’rifat kepada Allah, baik Dzat, Asma’, Sifat-sifat ataupun tindakan-tindakannya. Al-Qur’an mengungkap masalah-masalah di atas dengan ungkapan yang dapat dipahami dan ditangkap oleh semua lapisan, sesuai dengan kesiapan mereka masing-masing. QS. Fushsilat (30)
 Misi kedua Al-Qur’an adalah membawa misi pensucian jiwa dari berbagai kekotoran material agar dapat mencapai kebahagiaan abadi. Sesuai dg tingkat keimanan dan ketaqwaan masing-masing manusia. QS. Al-Anfal : (2)
Misi ketiga ialah menceritakan kisah-kisah para nabi, para wali dan orang-orang bijak serta bagaimana bimbingan Allah terhadap mereka dan peran mereka dalam membimbing umat manusia. Dalam kisah-kisah mereka terdapat banyak pelajaran dan ‘ibrah yang dapat dipetik oleh umat manusia. QS. As-Shaafat : (99 – 102)
Misi keempat Al-Qur’an adalah mengungkap keadaan dan jiwa orang-orang kafir dan kaum penentang kebenaran serta menjelaskan akibat dan kesudahan mereka serta kehancuran dan kehinaan mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Pada setiap kisah mereka yang diangkat dalam Al-Qur’an terdapat nasihat, hikmah, bahkan pelajaran. QS. Yunus : (90 – 91)

Misi kelima, Al-Quran menerangkan undang-undang syariat Islam dan aturan-aturan Tuhan, seperti salat, zakat, haji, puasa, pernikahan, hukum waris, hukum pidana, dan perdata, perdagangan dan lain-lain. Bahkan beberapa di antaranya disebut dengan terperinci. QS. Al-Baqarah : (110)
Misi keenam Al-Qur’an adalah menyelesaikan permasalahan seputar akhirat dan hari kebangkitan, pembuktian akan kebenarannya, aneka bentuk siksa dan pahala, dan perincian tentang surga dan neraka. Sebagaimana Al-Qur’an juga menyebutkan nasib dan keadaan para penerima kenikmatan dan kebahagiaan dan derajat-derajat mereka. Begitu juga Al-Quran menerangkan tingkatan-tingkatan orang-orang yang sengsara, baik mereka yang kafir, munafik, ataupun pendosa dan fasiqin. QS. An-Nahl : (84)
Misi ketujuh Al-Qur‘an adalah cara pemaparan argumentasi yang di sajikan oleh Allah untuk membuktikan kebenaran berbagai permasalahan, seperti kebenaran prinsip tauhid dengan berbagi masalahnya seperti: sifat ilmu, qudrat dan seluruh sifat-sifat kamaliah (kesempurnaan). QS. Al-Baqarah : (163)
 Misi kedelapan Al-Qur’an adalah memberikan keputusan akhir bagi perselisihan yang muncul dan sedang berkembang, di tengah-tengah umat manusia tentang perjalanan kehidupan mereka dan memberikan solusi yang benar tentangnya.
Dalam ayat 64 surat An-Nahl, dan ayat 76 surat An-Naml, disebutkan bahwa salah satu misi dan fungsi kehadiran Al-Qur’an adalah memberikan keputusan, kejelasan dan menegakkan hujjah atas apa yang diperselisihkan oleh kalangan kaum musyrikin tentang keyakinan ketuhanan dan amal mereka, dan yang diperselisihkan oleh Ahlul Kitab tentang Isa Al-Masih dan hukum-hukum serta keyakinan mereka.
Misi kesembilan Al-Qur’an adalah membenarkan kitab-kitab suci dan misi para rosul sebelum Nabi Muhammad Saw. Disebutkan dalam banyak ayat seperti ayat 48 surat Al-Maidah dan ayat 3 surat Ali Imran, bahwa fungsi Al-Qur‘an adalah melegalisir apa yang termuat dalam Taurat, Injil dan kitab-kitab suci sebelumnya, selain itu ia juga berfungsi sebagai “ Muhaimin“ atas kitab-kitab suci tersebut.