Jumat, 25 Januari 2013

PENGANGGURAN DI INDONESIA


             PENGANGGURAN DI INDONESIA
            (sulitnya mendapat pekerjaan)

        Di Indonesia pada umumnya dan kota kota metropolitan pada khususnya,seharusnya tidaklah sulit untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Dilihat dari banyaknya pabrik-pabrik dan perkantoran dan atau lainnya,baik milik pemerintah maupun milik swasta yang memenuhi setiap tempat dimana masyarakatnya juga hidup disana. Namun pada kenyataannya,di negeri ini masih ditemui pengangguran yang bertebaran di jalanan. Baik yang berusaha merubah bentuk dirinya  menjadi penyanyi jalanan,manggung dari bis kota ke bis kota yang lain atau show dari rumah ke rumah yang lain pula di tiap-tiap perkampungan untuk memenuhi kebutuhan dirinya demi bertahan hidup. Juga yang berusaha memutus urat malunya dan berdiri di perempatan jalan di tiap-tiap lampu merah dan lain sebagainya.
       Itulah sekelumit contoh betapa masih sulitnya mendapatkan sebuah pekerjaan yang dapat dijadikan penunjang kebutuhan hidupnya sehari-hari. Di Negeri yang katanya adalah Negeri surga,Negeri subur,yang setiap apa pun yang kita inginkan akan kita dapatkan ternyata fakta yang ada seperti itu.
       Banyak sarjana-sarjana yang jadi pengangguran,apalagi yang taraf pendidikannya di bawah itu. Bukan hanya karena factor kurangnya ilmu kewirausahaan saja,tapi juga lebih karena factor kelemahan dan kalahnya bersaing di dunia bisnis. Yang lebih memperihatinkan lagi,rakyat kecil yang ekonominya kelas bawah,yang berusaha membuka usaha kecil kecilan kesulitan stand (tempat) untuk menjalankan usahanya,belum lagi urusan modal untuk tambahan memperbear usahanya. Yang mencari kerja sulit mendapatkan pekerjaan,yang buka usaha kecil kecilan tidak mendapatkan lahan/tempat karena di gusur dan takut diobrak oleh satpol PP. sungguh sangatlah suatu hal yang sangat memperihatinkan.
    Penelitian terbaru menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi tidak terkait langsung dengan kesejahteraan masyarakat terutama jika diukur dari tingkat pengangguran dan kemiskinan. Hal itu terlihat di tanah air,dimana pertumbuhan ekonomi tinggi kurang berkorelasi dengan penurunan angka pengangguran dan kemiskinan.
       Efektifitas  penggunaan anggaran kemiskinan juga layak dipertanyakan karena tidak mampu mengatasi pengurangan jumlah penduduk miskin dan pengangguran secara signifikan.
       Lalu dimanakah pemimpin-pemimpin kita? Dimanakah wakil-wakiln kita? Yang sudah kita pilih dan kita percaya untuk mengayomi rakyat. Untuk apa negeri ini punya dewan perwakilan rakyat? untuk apa punya menteri perekonomian? Dan sebagainya kalau yang dipikirkan hanyalah urusan dan status ekonominya sendiri bukan ekonomi rakyat. Mereka dipilih bukan untuk menjadi perwakilan dari rakyat untuk makan uang yang seharusnya jatah rakyat. sedangkan rakyatnya sendiri disana kelaparan.rakyat masih bisa makan sendiri dengan uang itu.
       Benar kata Abd. Rahman Faiz dalam puisinya;
Gantilah makanan bapak
dengan nasi putih,sayur dan daging
Jangan makan uang kami
       Lihatlah air mata para bocah
      Yang menderas di setiap lampu merah
      Jalan jalan Jakarta
      Dengarlah jerit lapar mereka
      Di pengungsian
      Juga doa kanak-kanak
      Yang ingin sekolah
Telah bapak saksikan,
Orang orang miskin memenuhi
seluruh negeri 
tidakkah menggetarkan bapak?
     Tolong,pak
     Gantilah makanan bapak
     Seperti manusia
     Jangan makan uang kami.
Dengan ini perlu adanya perhatian mendalam dari semua pihak terlebih dari yang mempunyai tugas dan wewenang(berwajib) untuk mengatasi masalah besar ini yang tak kunjung teratasi. Pemerintah tidak menyalah gunakan jabatannya untuk kepentingan peribadi sendiri, dan yang lain memberikan solusi yang tepat dan benar dan ikut berperan di dalamnya. Reshuffle cabinet bukan hanya trik untuk menyelamatkan diri dan menyamankan posisi. Namun lebih karena demi perbaikan dan demi kepentingan bangsa dan rakyat. Sehingga terciptalah Negara idaman yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafuurun. Amien!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar